REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA–Universitas Gadjah Mada Yogyakarta mengembangkan “e-learning system for academic community” atau sistem pembelajaran elektronik untuk sivitas akademika.
“‘E-learning system for academic community’ (Elisa) itu merupakan sebuah sistem manajemen pembelajaran yang berguna untuk membantu sivitas akademika menyelenggarakan pembelajaran melalui internet,” kata Koordinator E-learning Pusat Pengembangan Pendidikan (P3) Universitas Gadjah Mada (UGM) Herman Saksono di Yogyakarta, Jumat.
Dalam hal ini, menurut dia, dosen dapat mengunggah bahan kuliah, berdiskusi, dan memberikan penugasan untuk mahasiswa. Mahasiswa dapat mengunduh bahan perkuliahan, berdiskusi, dan mengerjakan tugas-tugas dari dosen.
Ia mengatakan melalui Elisa, UGM merintis “open courses”. Dengan “open courses” pengetahuan yang ada di dalam UGM dapat lebih mudah diakses dan dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
“Untuk tahap pertama kurang lebih sudah ada 116 bahan ajar dari berbagai program studi yang sudah digitalisasi dan ke depan akan terus ditambah. Bahan ajar itu bisa dilihat di elisa.ugm.ac.id/ugmoc/,” katanya.
Menurut dia, dengan dukungan dari Kantor Jaminan Mutu (KJM) untuk tahap pertama sudah ada 116 bahan ajar yang digitalisasi. Proses digitalisasi bahan ajar itu masih tahap awal.
“P3 UGM masih akan mendigitalisasi ratusan bahan ajar lain dalam beberapa bulan ke depan. Di tingkat internasional digitalisasi itu sudah menjadi tren, sedangkan di Indonesia UGM-lah yang merintisnya,” katanya.
Ia mengatakan, digitalisasi bahan ajar itu sudah menjadi tren di berbagai perguruan tinggi internasional seperti Massachusetts Institute of Technology, The University of Oxford, dan University of Tokyo.
Selama ini, kata dia, belum semua dosen UGM yang memanfaatkan fasilitas Elisa membuka bahan ajarnya untuk umum. Bahan ajar hanya bisa diakses oleh mahasiswa dan belum bisa dibuka (diakses) secara gratis untuk umum.
“Untuk itu, perlu didorong agar nanti bisa lebih banyak lagi dosen UGM yang membuka bahan ajarnya sehingga bisa diakses untuk masyarakat. Hal itu sejalan dengan visi dan misi UGM sebagai kampus kerakyatan,” kata Herman.
Redaktur: Taufik Rachman
Sumber: antara